Kamis, 30 Januari 2014

Posted by Unknown Posted on 20.19 | No comments

tulisan karena kebutuhan :)



Kepergian seorang sahabat...

Kemarin aku masih menjumpaimu
Kemarin kita masih bercanda ria
Kemarin kita masih berselisih paham

  Sekarang aku sendiri
  Bercanda bersama kesepian
  Bertengkar dengan harapan

Di ujung januari kau berlari
Tak berpaling walau hanya untuk mengerling

  Terlalu sumpek itu katamu
  Terlalu sulit jadi alasanmu

 Ku tau itu hanya alasan
 Ku tau kau pergi karena paksaan...

Kemana lagi harus kucari...
Harus kutunggu sampai awal februari

#terilhami oleh dompet yang tak bersahabat :)

Selasa, 28 Januari 2014



  Pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi berbagai masalah yang terjadi di Papua adalah pendekatan kesejahteraan. Pendekatan kesejahteraan ini adalah sesuai dengan penyampaian presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang pada intinya menekankan pengunaan pendekatan kesejahteraan dalam proses pembangunan di Papua. Salah satu wujud pendekatan kesejahteraan ini adalah adanya pembangunan 14 ruas jalan di daerah terpencil dan pedalaman di seluruh wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat. Program pembangunan 14 ruas jaln ini terus giat dilaksanakan dengan personel Kodam XVII/Cenderawasih sebagai tenaga intinya.

  Pembangunan jalan oleh TNI AD ini dilaksanakan sebagai bagian dari program pemerintah untuk melaksanakan percepatan pembangunan di wilayah Papua melalui UP4B (Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat). Program yang dilaksanakan oleh UP4B ini sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor Perpres Nomor 40 Tahun 2013 tentang pembangunan jalan dalam rangka percepatan pembangunan di Provinsi Papua dan Papua Barat. Sedangkan untuk perbantuan yang dilaksanakan oleh personel TNI berdasarkan Surat Perintah Panglima TNI Nomor Sprin/1932/VIII/2013 tanggal 20 Agustus 2013 tentang perintah untuk melaksanakan pembangunan jalan dalam rangka percepatan pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat.
  Pembangunan 14 ruas jalan sepanjang 206,5 KM  dengan lebar jalan 8 meter dan sistem drainase kanan dan kiri jalan ini  dilakukaan oleh TNI dengan total 980 orang personel. Dalam proses pengerjaannya 14 ruas jalan tersebut dibagi menjadi 3 POP.  POP 1 di wilyah utara meliputi ruas jalan Sarmi - Kasonaweja,SP3 Gesa - batas Waropen, Dawai - Waindu, Rosbori - Saubeba dan Rosberi - Poom. POP  II di wilayah selatan meliputi ruas jalan Mamugu - BTS Batu, Kenyam - Gearek, Gearek – Suru-suru, Suru-suru – Dekai, dan Waropko – Iwur. Sedangkan POP III meliputi daerah  Lingkar Mansinam, Legari, Kwatisore – Yaur Wadesi, dan ruas jalan Wapoga - Botawa. Kemajuan pembangunan ruas jalan ini sangat bervariasi sesuai dengan medan dan lingkungan yang dihadapi. Untuk di daerah Lingkar Mansinam sendiri sampai dengan 27 januari 2014 telah mencapai 93,3 % dari target yang ditetapkan.
  Anggota TNI Ad yang terlibat dalam proses pembangunan jalan ini tidak semata-mata hanya mengerjakan pembangunan jalan saja tetapi juga melaksanakan pembinaan teritorial. Bahkan sebagian personel anggota TNI menjadi guru bagi anak-anak di daerah pedalaman disekitar lokasi pembangunan ruas jalan tersebut. Selain itu anggota TNI juga menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar.
  Meskipun banyak kendala yang dihadapi, Personel TNI AD yang terlibat dalam pembangunan jalan tersebut terus berupaya bekerja secara maksimal sesuai target yang diharapkan. Pembangunan ini diharapkan nantinya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pedalaman dengan terbukanya jalur transportasi yang memadai. Prajurit TNI bekerja secara maksimal dan dengan dedikasi yang tinggi demi kemajuan Papua, seperti yang disampaikan oleh Mayor (CZI) Andhy Kusuma, Dansatgas P4B POP II yang dilansir oleh situs Suluh Papua (http://suluhpapua.com/read/2014/01/22/40-orang-keok-oleh-malaria-isi-waktu-jadi-guru-dadakan/).Yah, suka dukanya banyak sih mas, tapi itulah, kami sadar ini tugas negara, tidak ada yang lebih membahagiakan bila kami lihat wajah – wajah sodara kami di Papua ini tersenyum senang mengetahui bahwa daerah mereka tidak lama lagi akan ada akses dengan dunia luar yang lebih murah, dengan kondisi seperti ini saya yakin, tidak ada kontraktor manapun yang sanggup menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepada kami dalam waktu 6 bulan, dengan budget minimal, jadi kami nikmati semua sebagai bakti untuk negeri ini dan rakyat Papua”, katanya.
Sultan Syahrir
dipublikasikan di www.kodam17cenderawasih.mil.id

Senin, 27 Januari 2014

    

    Pemerintah terus memberikan perhatian yang lebih kepada upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia di Papua. Hal ini sejalan dengan kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menekankan pengunaan pendekatan kesejahteraan daripada pendekatan keamanan dalam penyelesaiaan masalah yang terjadi di Papua. Salah satu bentuk upaya peningkatan kesejahteraan di Papua tersebut adalah disahkannya UU no. 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus sebagai payung hukum pelaksanaan Otonomi Khusus (Otsus) di Papua. Otsus yang sudah berjalan selama ini telah memberikan dampak positif terhadap pembangunan kesejahteraan di Papua. Hal ini dapat terlihat dari pembangunan ribuan kilometer ruas jalan untuk membuka jalur transportasi dan perdagangan di pedalaman Papua oleh Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B) yang dibantu oleh personel Kodam XVII/Cenderawasih dan meningkatnya mutu pendidikan di Papua.  Bahkan apabila ditinjau dari hasil kajian pihak KPWBI (Kantor Perwakilan Bank Indonesia) di Papua pertumbuhan perekonomian Papua menggembirakan (http://bintangpapua.com/index.php/lain-lain/k2-information/ekonomi/item/10531-bi–pertumbuhan-perekonomian-papua-menggembirakan).
    Untuk mendapatkan hasil pembangunan yang lebih maksimal dan menyesuaikan dengan situasi konteks hari ini, konteks kekinian, dan juga konteks tantangan-tantangan atau peluang dimasa mendatang maka dirasakan perlu dilakukan perluasan terhadap konsep Otsus tersebut. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka lahirlah wacana Otsus yang diperluas atau Otsus plus. Penyusunan draft Otsus plus ini diharapkan sama dengan saat penyusunan draft Otsus tahun 2001 yang lalu dimana dalam proses penyusunannya melibatkan semua stakeholder yang ada di Papua. Seperti yang disampaikan oleh Prof. Dr. Karel Sesa, M.si. Akademisi yang sekarang menjabat sebagai Rektor Uncen ini disela-sela acara seminar dan pameran  bersama Uncen dan PT. Freeport Indonesia, Jumat (8/11/2013) menyampaikan bahwa Otsus plus ini merupakan kajian baru dengan harapan masyarakat Papua bisa sejahtera, dan agar kesejahteraan itu tercapai kita harus saling merangkul satu sama lain dengan semua stakeholder di Papua.
    Namun dalam perjalananya  beberapa pihak menyayangkan proses penyusunan draft RUU Otsus Plus ini yang terkesan “tertutup” dan hanya melibatkan sebagian kelompok saja yang memiliki kepentingan tertentu. Seperti yang disampaikan oleh  Yusak Andato selaku Ketua Dewan Pimpinan Daerah Komite Nasional Pemuda Indonesia (DPD KNPI) Provinsi Papua di sela-sela pertemuannya dengan Pangdam XVII/Cenderawasih, Kamis (23/1). Yusak menyampaikan kekecewaannya karena pihaknya sebagai organisasi kepemudaan di Papua tidak dilibatkan  dalam penyusunan draft RUU Otsus Plus ini padahal pihaknya memberikan konstribusi pada saat penyusunan UU No 21 tahun 2001 tentang Otsus. Masih menurut Yusak, Konsep RUU Otsus yang ada saat ini hendaknya lahir dari orang yang turut melahirkan Otsus, sehingga Otsus itu sendiri dapat dipahami dan dimengerti oleh seluruh elemen masyarakat Papua.
Senada dengan ketua KNPI Prov Papua, salah satu anggota DPRP yaitu Yulianus Miagoni yang juga sebagai Sekretaris Komisi A DPR Papua Yulius seperti yang dituliskan Cenderawasih Pos Sabtu (25/1/2014) berpendapat, penyerahan draf RUU tersebut mestinya melalui proses pembahasan sebelum menjadi sebuah produk hukum dan Badan Legislatif adalah perlengkapan resmi yang harus dilalui. Sementara dalam pembahasan tersebut pihaknya tidak dilibatkan.
    Bahkan kata Yulius, draf itu sama sekali belum pernah dibahas dibadan legislasi, dari sanalah pihaknya berkeberatan dan menuding albert melakukan pembohongan kepada publik. “saya rasa Albert Bolang melakukan pembohongan publik dan melecehkan anggota dewan, terutama anggota dewan, terutama anggota dewan di Baleg. Karena pemberitaan itu atas nama Wakil Baleg itu seolah-olah sudah bahas draf itu di Baleg. Draf itu belum pernah dibahas di Baleg. oleh karena itu, Albert Bolang seolah-olah menggunakan kapasitas sebagai pemimpin Baleg, melecehkan anggota dewan,” tuding Yulius Miagoni, Jum’at (24/1) kemarin.
    Bahkan dirinya juga menuding bahwa draf itu tanpa prosedur yang jelas. Tentunya demikian itu draf yang termasuk melanggar otsus, lantaran tahapan pembahasan di Baleg belum pernah diadakan. “otsus harus melalui evaluasi bersama rakyat Papua melalui MRP dan DPRP. Tahapan itu belum jalan. Orang-orang itu melanggar otsus, karena tidak berjalan dengan baik”, tambahnya.
    Yulisus juga menambahkan bahwa seorang pimpinan itu harus kolektif dan kolegial karena semua keputusan adalah rumusan anggota DPR, tapi di Komisi bersangkutan dan Baleg juga tidak pernah membahas itu. “saya minta anggota DPR juga harus punya wibawa dan prinsip yang tegas. Fungsi yang sebenarnya, jangan diabaikan,” ungkapnya.
    Tidak sampai disitu saja penolakan terhadap proses penyusunan draft RUU Otsus Plus ini datang juga dari Ketua MRP (Majelis Rakyat Papua) Provinsi Papua Barat, Vitalis Yumte, seperti yang dilansir oleh Cenderawasih Pos,Sabtu (25/1/2014).
    Vitalis Yumte sangat menyesalkan mekanisme penyusunan hingga penyerahan draf RUU Pemerintahan otsus di Tanah Papua yang dilakukan Gubernur Papua dan DPR Papua. Pasalnya, Draf RUU ini tidak memperhatikan usulan atau masukan dari Pemerintah Provinsi Papua Barat .
    Dikatakan Vitalis, semua MRPPB, DPRPB dan Pemprov Papua Barat mendukung wacana penyusunan draf RUU otsus Plus dan ini dibuktikan dengan penandatanganan nota kesepahaman. Dan saat itu, Pemprov Papua Barat diminta untuk melakukan pembobotan. Tapi ternyata pembobotan itu tidak dianggap oleh Pemprov Papua.
    “Yang kami sayangkan, apa yang di paripurnakan oleh DPR Papua itu saya menilai bahwa mekanisme tidak menghormati mekanisme yang melekat,” tandasnya kepada koran ini dikantornya, jumat (24/1).
    Seharusnya menurut vitalis, pembobotan yang sudah dilakukan Pemprov Papua Barat bersama DPRPB, MRPPB serta sejumlah pihak dapat dilihat sebagai masukan bagi penyempurnaan draf RUU Pemerintahan Otsus di Tanah Papua. Hal ini, dimaksudkan kedua pemerintahan provinsi ditanah Papua dapat melengkapi. “Tapi hal ini tidak terjadi. Nah, itu lah yang menimbulkan rasa sesal,” ujarnya.
    Sebagai pimpinan MRP Papua Barat, Vitalis Yumte juga sangat menyayangkan keterlibatan MRP Papua yang mempengaruhi sebagai anggota MRP Papua Barat untuk terlibat secara aktif dalam penyerahan draf RUU Pemerintahan Otsus Papua. Padahal, para anggota MRPPB tersebut tidak pernah di tunjuk mewakili lembaga untuk penyusun draf RUU Pemerintahan Otsus.
    Vitalis pun mencurigai ada kepentingan tersembunyi dibalik keterlibatan anggota MRP Papua Barat dalam proses penyusunan draf RUU Pemerintahan Otsus di Tanah Papua ini. Selama ini tidak ada undangan resmi kepada badan MRPPB untuk penyusunan RUU Pemerintahan Otsus.” Ada yang dipengaruhi, sehingga mereka hadir dan memberi dukungan tanpa menyampaikan surat pemberitahuan resmi lewat pimpinan MRPPB,” tandasnya.
    Ketua MRP Papua Barat berkesimpulan, karena penyusunan draf RUU ini tidak melibatkan Pemprov Papua Barat, DPRPB serta MRPPB, maka dapat dikatakan tidak sah. Pejabat dari prov Papua Barat yang menghadiri paripurna di DPR Papua di Jayapura tidak punya kewenangan untuk menandatangani persetujuan. Menyangkut suatu keputusan politik, maka seharusnya yang ikut menandatangani adalah gubernur, ketua DPRPB dan Ketua MRPPB, bukannya perwakilan.’ Sah bagi mereka (Pemprov Papua), tapi tidak sah bagi MRP Papua Barat. Draf itu belum disinkronkan, duduk bersama antara Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, tapi ini tidak dilakukan tuturnya.
    Karena Pemprov Papua, DPRP dan MRP telah bertindak sepihak, Vitalis menegaskan bahwa draf RUU yang sudah disusun Pemprov Papua Barat bersama sama DPRPPB dan MRPPB belum lama ini akan diserahkan secara tersendiri kepada pemerintah Pusat di Jakarta melalui Kemendagri atau Kementerian terkait.
    Vitalis Yumte mengatakan, posisi MRP Papua dan MRP Papua Barat memiliki kedudukan yang sama. Dan MRP Papua tidak merasa menjadi lebih tinggi dari MRP papua Barat, sehingga kedua MRP ini punya posisi yang sama dalam mengusulkan atau menanggapi sesuatu.
    Proses penyusunan draft RUU otsus ini seharusnya memang dilakukan secara terbuka dan melibatkan seluruh stakeholder yang ada di Papua agar seluruh masyarakat mempunyai rasa memiliki terhadap draft RUU Otsus Plus ini. Dengan adanya rasa memiliki maka nantinya bila RUU ini disahkan menjadi UU seluruh masyarakat akan menjalankan dan mematuhinya dengan kesadaran yang tinggi.
    Selain masalah proses pembuatan draftnya, RUU Otsus plus ini juga mendapatkan sorotan terhadap konten atau isi dari RUU itu sendiri. Isi dari RUU tersebut tidak boleh bertentangan dengan konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti yang disampaikan oleh Ramses Ohee salah seorang Ondoafi Waena yang  juga menjabat sebagai Ketua Umum Barisan Merah Putih. Ramses akan turut mengawal untuk memberikan saran agar pelaksanaan Otsus Plus ini tidak keluar dari keutuhan wilayah NKRI.
    Sementara itu Wakil Ketua II DPRP, Yunus Wonda seperti yang dilansir oleh situs Bintangpapua.com, Kamis (30/5/2013) mengatakan bahwa dalam pembahasan tentang Otsus Plus ini bukan berbicara mengenai “Papua harga mati” atau “Indonesia harga mati”, namun dibicarakan adalah hari ini rakyat ada perubahan dalam hidupnya yakni lebih mandiri dan sejahtera di segala aspek kehidupan. Dari penyampaian Yunus Wonda sebagai anggota DPRP dapat kita katakan bahwa inti dari Otsus Plus ini seharusnya bagaimana meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat di segala aspek kehidupan dan bukan untuk memberikan jalan kepada konsep pemikiran pemisahan Papua dari NKRI.
    Draft RUU Otsus Plus ini diharapkan benar-benar menitikberatkan kepada usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan tidak terdistorsi oleh kepentingan politik sebagian kelompok saja, apalagi menjadi agen dan sarana perpecahan Bangsa.

Sultan Syahrir


di publikasikan www.kodam17cenderawasih.mil.id

Sabtu, 25 Januari 2014

Posted by Unknown Posted on 00.49 | No comments

Belajar Bahasa Inggris




PARTICIPATING IN PROFESSIONAL WORLD SPORTS IS GOOD FOR A COUNTRY


It is important for a country to participate in professional world sports. Participating in professional world sports give advantages for the country. Some benefits when participating in professional world sports include; unite the society, increasing income for the country and as the national pride.

First of all, participating in professional world sports can unite the society. The country which participate in world sports competition will have a unite supporter and those supporter is come from their own society. In the football world cup, the society will be standing, yelling, crying and laughing together to support their football national team. They throw out all of the race, tribe and political differences. They just have one purpose to support their national team. For instance, when Iraq participating in Asia Football Cup which is held in Jakarta, most of the people in Iraq stop their conflict and stand together to support their national team.

Secondly, participating in professional world sports can increase the national income. Every country which is act as the host of world sport competition such as football world cup will get the economic advantages. The national income of that country will increase from many resources such as the media license. Media in the world will compete each other to broadcast this professional football game. The license to broadcast this game is another benefit for country who act as the host of a football world cup competition. All media like ESPN, CNN and other major Sports channel will try their best to get the updated the viewer on newest status of their favorite team. As the results, national income increasing by the football world cup competition broadcasting royalty. Moreover, the other resources are visas of foreign player, taxes for the match, and merchandises selling.

Lastly, participating in professional world sports as a national pride. Become a respectable country in a particular sports will be a national pride for the country. Some of the country in the world such as Spain and Brazil considered as a respectable country in the world because of the football sport. Spain football national team is the best football team on the world based on FIFA ranks which is issue on January 2011 while Brazil is 5 times football world champions. Those things make the others country give a respect to Spain and Brazil. In the other words participating in football which is one of the professional world sports is a national pride for Spain, Brazil and the other country in the world.

To sum up, it is important for a country to participate in professional world sports.  
Participating in professional world sports brings so many advantages for country. Those advantages such as united the society, increase the national income and as a national pride.

Note : Tulisan ini dibuat saat sedang mengikuti kursus bahasa Inggris dan tentu saja terdapat banyak kesalahan di dalamnya. Paling tidak I had tried to write in English :)
Posted by Unknown Posted on 00.46 | No comments

Resensi Buku

Resensi Buku

Judul buku        :  Post kolonial & Wisata sejarah dalam sejarah
Penulis              :  Zeffry  Alkatiri
Penerbit            :   Padasan
Tahun terbit      :   2012
Tebal buku       :    186 Halaman
Seperti kata pepatah “Banyak jalan menuju Roma” demikian pula cara untuk menyajikan sejarah atau peristiwa sejarah dan Zeffry Alkatiri selaku penulis buku ini memilih jalan sajak untuk mengantarkan kita mengarungi lautan sejarah.

 Buku ini dibagi menjadi dua bagian. Pada bagian pertama yang terdiri dari dua puluh satu sajak, Zeffry menuturkan tentang perjalanan sejarah Indonesia sejak era kolonoialisme yang ditandai dengan berlabuhnya kapal – kapal asing ke Nusantara (Cultus cargo, hal 3) sampai dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini (Pengakuan asli bangsa ini, hal 69). Salah satu sajak yang menarik pada bagian pertama ini adalah sajak ke 15 yang terdapat di halaman 31, yaitu “kami hanya menonton: Pengakuan si Midun, si Amat, dan si Inah”. Sajak tersebut mampu menggambarkan perjalanan sejarah rakyat indonesia dari zaman penjajahan Belanda, Penjajahan Jepang, perjuangan untuk kemerdekaan, orde lama,orde baru, reformasi hingga era sekarang ini yang diwarnai dengan korupsi dan ketidakpastian hukum.

Selanjutnya, pada bagian kedua yang terdiri dari sembilan puluh enam sajak, Zeffry mencoba membeberkan fakta – fakta sejarah dunia sejak zaman nabi Isa hadir di bumi (Desember – Februari, hal 73), revolusi Perancis (Teror prancis, Paris, 1792-1794, hal 106), penjatuhan bom atom di jepang yang merubah sejarah perang pasifik (Hiroshima-Nagasaki, 1945, hal 126) sampai dengan chaos atas nama demokrasi yang terjadi di Tunisia, Mesir dan Libya di tahun 2011 (Tunisia, Mesir dan Libya, 2011, hal 178). Dalam setiap sajak di bagian kedua ini, Zeffry mampu mengkritisi penggalan peristiwa sejarah yang menjadi icon pada masing-masing zaman dengan tulisan yang satir dan terkadang ironis.

Gaya penulisan sajak yang digunakan oleh Zeffry lebih kepada aliran realis daripada surealis. Zeffry memilih menuliskan ide – idenya dalam bentuk sajak yang lugas, tajam dan langsung ke esensi pesan yang ingin disampaikan ketimbang menghadirkan multi tafsir bagi pembaca dengan bahasa yang menerawang atau bahkan menjebak pembaca dalam ketidakjelasan makna. 

Buku ini cukup bernilai positif karena menawarkan cara yang berbeda dalam melihat ataupun mengkritisi suatu peristiwa bersejarah yaitu melalui kacamata sajak. Dilain pihak akan relatif lebih sulit bagi pembaca yang tidak mengikuti perkembangan sejarah baik sejarah Indonesia maupun dunia untuk memahami makna setiap sajak yang tersaji dalam buku ini. Demikian pula Penggunaan istilah asing dalam beberapa sajaknya cukup menyentil kengintahuan pembaca kritis untuk mencari makna dari setiap istilah asing yang digunakan, namun di sisi lain akan mengaburkan inti makna yang ingin disampaikan bila pembaca tidak punya “cukup waktu” untuk mencari arti dari istilah – istilah asing yang digunakan oleh sang penulis. Secara umum buku ini sangat direkomendasikan bagi siapa saja yang memiliki ketertarikan terhadap dunia sastra dan sejarah.
Posted by Unknown Posted on 00.23 | No comments

Berhentinya Langkah Danny Kogoya


Langkah kriminalitas Danny Kogoya terhenti setelah Vanimo General Hospital mengumumkan berita kematiannya pada tanggal 15 desember 2013 pukul 08.15 pagi waktu Papua Nugini. Dia sudah menjadi buron pihak Kepolisian sejak kabur Mei 2013 lalu.

Kepala Biro Penerangan Mayarakat Mabes Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar, mengatakan tersangka Danny Kogoya dikenakan Pasal 170 KUHP tentang penganiayaan yang menyebabkan kematian, dan Pasal 388 KUHP tentang pembunuhan.

“Itu karena ada unsur menghilangkan nyawa yang dilakukan Danny. Tapi tentu hasil pemeriksaan nantinya akan memperjelas pasal-pasal yang akan ditersangkakan kepada yang bersangkutan. Saat ini pemeriksaan belum selesai,” kata Boy di sela-sela rapat dengan Komisi III DPR di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin 3 September 2012 lalu.

Polisi menangkap Danny karena keterlibatannya dalam aksi penembakan dan pembacokan di Nafri yang menewaskan empat orang sepanjang tahun 2011-2012 lalu. Danny Kogoya tertangkap saat penggrebekan di Hotel Dany, Entrop tahun lalu. Ia tertembak di kaki kanan saat hendak melarikan diri. Hingga kakinya harus diamputasi karena peluru yang ditembahkan mengenai kaki kanan dan memecahkan tulang keringnya.

Saat menunggu vonis setelah tertangkap Danny Kogoya dititipkan dilapas kelas IIA Abebura oleh Pengadilan Negeri (PN) kelas IA dalam surat penitipan tersebut sampai tanggal 10 Mei 2012. Kemudian Danny Kogoya dibebaskan pada tanggal 11 Mei 2012 oleh lapas kelas IIA Abepura padahal masa penahanan perpanjangan surat dikirimkan tanggal 8 Mei 2013 oleh PN kelas IA karena lapas kelas IIA tidak merasa menerima laporan surat perpanjangan penahanan maka pihak lapas mengeluarkan Danny Kogoya kemudian melarikan diri ke Papua Nugini.

”Semestinya perpanjangan penahanan sudah kita berikan tanggal 8 untuk penahanan mulai tanggl 11, karena tanggal 8 sudah diterima oleh LP, maka dia tidak boleh lagi keluar, ternyata informasi yang saya dapatkan kemarin tanggal 11 sudah dikeluarkan dari tahanan, padahal perpanjangan itu sudah di terimah oleh LP. Sehingga hari ini Pak Kajari bilang saya masih berusaha menghadirkan mereka terdakwa,” ujar Kepala Pengadilan Tinggi kelas IA Khairul Fuad, SH, M.Hum yang waktu itu menjabat.

Kemarin Vanimo General Hospital mengumumkan berita kematiannya karena penyakit lever kronis. Penyebab lever tersebut menurut medis adalah karena hepatitis berkepanjangan atau seringnya mengkonsumsi minuman beralkohol. Jenazah Danny Kogoya direncanakan akan dipulangkan ke Jayapura tanggal 16/12/2013.(BI)

Papua adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai bagian dari NKRI, Papua memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia. Keunikan tersebut dapat kita lihat baik dari segi sosial, budaya, maupun politik. Di Papua, juga masih terdapat sebagian kelompok masyarakat yang memiliki pandangan yang berbeda dengan pemerintah Indonesia, terutama dalam hal mindset nasionalisme. Berdasarkan keunikan tersebut, TNI melalui Kodam XVII/Cenderawasih menerapkan 3 (tiga) pendekatan. Pendekatan tersebut adalah pendekatan agama, pendekatan sosial budaya, dan pendekatan kesetaraan. Diharapkan dengan 3 (tiga) pendekatan tersebut Kodam XVII/Cenderawasih dapat melaksanakan tugas pokoknya untuk menegakkan kedaulatan negara, menjaga keutuhan wilayah, dan melindungi segenap tumpah darah Indonesia di Papua. 

Pendekatan agama sangat efektif digunakan di Papua. Karena masyarakat Papua dikenal sebagai masyarakat yang religius. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Papua sangat menjunjung tinggi nilai-nilai agama atau kepercayaan yang mereka anut. Sehingga, melalui pendekatan agama diharapkan Kodam XVII/Cenderawasih mampu membangun saling kepercayaan dengan masyarakat Papua. Melalui pendekatan agama ini pula Kodam XVII/Cenderawasih mengajak para tokoh agama yang ada di Papua untuk turut serta meningkatkan nasionalisme dan rasa cinta tanah air. Bentuk implementasi dari pendekatan agama ini diantaranya adalah partisipasi prajurit Kodam XVII/Cenderawasih dalam kegiatan ibadah bersama, pertemuan pimpinan Kodam XVII/Cenderawasih dengan tokoh-tokoh agama, serta bersama-sama POLRI memberikan jaminan keamanan bagi masyarakat Papua dalam menjalankan ibadahnya.

Selanjutnya pendekatan sosial budaya. Dalam pendekatan sosial budaya, Kodam XVII/Cenderawasih sangat menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang ada di Papua. Prajurit Kodam XVII/Cenderawasih dalam melaksanakan tugasnya di Papua diwajibkan menghormati dan menjaga tradisi serta kebudayaan setempat. Dalam pelaksanan tugasnya, Kodam XVII/Cenderawasih bersama seluruh prajuritnya menjalin komunikasi intenstif dengan tokoh adat setempat, termasuk dalam penyelesaian konflik yang ada di Papua. Pendekatan sosial budaya juga sangat efektif dalam menggalang partisipasi masyarakat untuk bersama-sama TNI dalam hal ini Kodam XVII/Cenderawasih, untuk membangun tanah Papua.

Pendekatan terakhir yang digunakan adalah pendekatan kesetaraan. Kodam XVII/Cenderawasih memiliki pandangan bahwa seluruh masyarakat Papua memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan, kesehatan yang lebih baik, dan kehidupan yang layak sama seperti masyarakat di wilayah lain yang ada di Indonesia selaku warga negara. Di lain pihak, masyarakat Papua juga memiliki kewajiban yang sama untuk berpartisipasi dalam mensukseskan jalannya roda pembangunan serta kewajiban untuk membela tanah air, mempertahankan kedaulatan Negara Republik Indonesia, dan mentaati hukum yang berlaku di Indonesia. Salah satu bentuk penerapan dari pendekatan ini, antara lain perekrutan putra daerah asli Papua untuk menjadi prajurit TNI. Selain itu, banyak prajurit Kodam XVII/Cenderawasih yang mengabdikan diri sebagai guru ataupun tenaga pendidik di wilayah-wilayah terpencil di Papua, dengan tetap menjalankan tugas pokoknya sebagai prajurit TNI. Kodam XVII/Cenderawasih juga turut serta bersama-sama Pemerintah Daerah setempat membangun fasilitas-fasilitas kesehatan di seluruh wilayah Papua termasuk di wilayah-wilayah terpencil yang sulit diakses.

Ketiga pendekatan ini dilaksanakan secara berkesinambungan dan saling melengkapi sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Ketiga pendekatan ini diharapkan dapat memberikan multy player effect yang bernilai positif sejalan dengan program pemerintah pusat maupun pemerintah daerah di Papua.  Seluruh prajurit Kodam XVII/Cenderawasih dalam melaksanakan tugasnya, baik tugas tempur maupun non tempur harus mempedomani ketiga pendekatan yang dimaksud. Dengan menggunakan ketiga pendekatan ini, diharapkan prajurit Kodam XVII/Cenderawasih

 dapat merebut hati rakyat khususnya yang ada di Papua, menjadi pionir dalam kemajuan pembangunan di Papua, dan dapat melaksanakan tugas pokoknya untuk menjaga kedulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah, dan menjaga segenap tumpah darah Indonesia khususnya di wilayah Papua.



                                                                                                Sultan Syahrir

Dipublikasikan www.kodam17cenderawasih.mil.id




Otonomi Khusus (Otsus) yang diberlakukan di Papua sejak 2001 dengan UU no. 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus sebagai payung hukumnya, dirasakan sangat penting perananannya untuk mempercepat roda pembangunan di Papua dengan tetap menempatkan kekhususan dan kekhasan wilayah serta budaya asli Papua dalam penerapannya. Sejalan dengan itu kesejahteraan masyarakat Papua juga dirasakan meningkat dengan signifikan. Dalam rangka lebih memaksimalkan hasil pembangunan dan menyesuaikan dengan situasi konteks hari ini, konteks kekinian, dan juga konteks tantangan-tantangan atau peluang dimasa mendatang maka dirasakan perlu dilakukan perluasan terhadap konsep Otsus tersebut. Atas dasar pemikiran inilah maka lahirlah wacana Otsus yang diperluas atau Otsus plus. Gubernur Papua Lukas Enembe, dalam suatu kesempatan pernah menyampaikan bahwa Otsus plus merupakan suatu pengakuan negara kepada anak-anak Papua untuk mengelola satuan pemerintahan khusus. Otsus plus adalah janji negara yang sudah tercantum pasal 18 Undang-undang dasar 1945. Di mana 12 tahun telah Papua lalui dengan Otsus, lembaran demi lembaran, Otsus telah memberikan perubahan positif bagi Papua.


            Pemerintah Pusat memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat Papua untuk melakukan kajian terhadap wacana Otsus plus ini. Dengan demikian inisiatif terhadap konten Otsus plus ini berasal dari masyarakat Papua sendiri yang diajukan melalui pemerintah Provinsi Papua. Senada dengan apa yang disampaikan oleh pemerintah pusat, Gubernur Papua Lukas Enembe yang memenangkan Pilkada dengan dukungan luar biasa dari masyarakat Papua ini menyampaikan bahwa draft UU Otsus plus tersebut nantinya menjadi usulan dari Pemprov Papua, yang diusulkan oleh pemerintah pusat ke DPR RI, yang akan menjadi pembahasan UU Emergency. Hal ini direspon positif oleh Pemprov Papua dengan membentuk tim asistensi daerah di Papua dengan melibatkan Universitas Cenderawasih (Uncen). Perlibatan Uncen menurut Gubernur Papua  Lukas Enembe usai melantik pejabat eselon II di Lingkungan Pemprov Papua, Kamis (29/8),  karena Uncen yang merupakan lembaga pendidikan terpandang di Papua mempunyai konsep yang bagus tentang Otsus Plus, mulai dari kajian akademik, maupun rancangan sementara draft Undang-Undang Otsus Plus itu sendiri.

            Otsus Plus yang akan digulirkan juga mendapatkan respon positif dari berbagai kalangan di Papua, salah satunya adalah Prof. Dr. Karel Sesa, M.si. Akademisi yang sekarang menjabat sebagai Rektor Uncen ini disela-sela acara seminar dan pameran  bersama Uncen dan PT. Freeport Indonesia, jumat (8/11) menyampaikan bahwa Otsus plus ini merupakan kajian baru dengan harapan masyarakat Papua bisa sejahtera, dan agar kesejahteraan itu tercapai kita harus saling merangkul satu sama lain dengan semua stake holder di Papua. sejalan dengan apa yang disampaikan oleh rektor Uncen, seorang tokoh putra Papua Velix Wanggai dalam penyampaiannya kepada wartawan saat mengikuti Rapat kerja Otsus Papua di kantor Gubernur Provinsi Papua, Rabu (29/5) juga menyampaikan bahwa Otsus plus ini bertujuan untuk memberikan penegasan lagi bahwa Papua adalah : pertama, Papua itu khusus, istimewa, unik simestris dalam pemerintahan Indonesia. Kedua, mengenai identitas dan jati diri orang Papua. Ketiga, percepatan pembangunan dan keempat, Otsus plus ini harus memberikan makna rekonsiliasi untuk membangun sebuah kehidupan sosial politik yang lebih damai secara berkelanjutan. Sementara itu Wakil Ketua II DPRP, Yunus Wonda seperti yang dilansir oleh situs Bintangpapua.com, Kamis (30/5) mengatakan bahwa dalam pembahasan tentang Otsus Plus ini bukan berbicara mengenai “Papua harga mati” atau “Indonesia harga mati”, namun dibicarakan adalah hari ini rakyat ada perubahan dalam hidupnya yakni lebih mandiri dan sejahtera di segala aspek kehidupan.

            Pelaksanaan Otsus Plus juga mendapat dukungan dari Panglima Kodam (Pangdam) XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Christian Zebua, M.M. selaku pemangku komponen pertahanan dan keamanan di Papua. Pangdam mengajak seluruh pihak di Papua untuk bersungguh-sungguh mewujudkan otonomi khusus yang tujuannya adalah untuk mensejahterakan masyarakat di Provinsi Papua. Pangdam selanjutnya menyampaikan bahwa pihaknya mendukung upaya-upaya melalui Otsus plus yang dibahas pimpinan pemerintah provinsi, kabupaten/kota dan pihak terkait. Hal ini beliau sampaikan seusai menghadiri rapat kerja khusus otonomi khusus plus, Rabu (29/5) di Jayapura. Lebih lanjut menurut Pangdam, pihaknya sebenarnya juga melakukan program-program pemberdayaan masyarakat, seperti tugas perbantuan prajurit TNI di pelosok dan perbatasan untuk menjadi pengajar, mengingat di wilayah seperti itu tidak ada guru. Selain itu juga untuk tugas perbantuan penyuluhan dibidang pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan dan lainnya.

            Dengan dukungan dari seluruh komponen masyarakat maupun pemerintahan yang ada di Papua maka Otsus Plus yang memberikan sebuah kewenangan yang luas dan khusus bagi rakyat Papua akan menjadi formula yang tepat dalam mengelola potensi yang ada di Papua secara menyeluruh dan terpadu. Terlebih lagi Otsus plus ini dirumuskan oleh rakyat Papua sendiri. Dapat kita katakan bahwa Otsus plus adalah dari dan untuk masyarakat Papua. Otsus Plus adalah kekhususan Papua demi kesejahteraan seluruh masyarakat Papua.

 Sultan Syahrir

Dipublikasikan www.kodam17cenderawasih.mil.id
Posted by Unknown Posted on 00.16 | No comments

Pengabdian TNI di Papua

Pengabdian Prajurit TNI Di Tanah Papua

Prajurit TNI menjadi Guru di daerah terpencil di Papua
Tentara Nasional Indonesia lahir dari rakyat dan mengabdi untuk kepentingan rakyat Indonesia. Prinsip itulah yang selalu dipegang teguh oleh seluruh prajurit TNI dimanapun mereka berada termasuk para prajurit yang bertugas di Papua. Pengabdian TNI tidak melulu dalam urusan pertahanan keamanan dalam perang bersenjata. Dewasa ini pengabdian TNI khususnya di wilayah Papua lebih kepada perbantuan percepatan pembangunan oleh Pemerintah Daerah. Bentuk nyata dari pengabdian TNI di Papua ini adalah dilaksanakannya kegiatan bhakti TNI dalam bentuk Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD).
Kegiatan TMMD rutin dilaksanakan oleh TNI diwilayah terpencil di Papua. Dalam kegiatan TMMD prajurit TNI bersama-sama dengan masyarakat setempat membangun berbagai sarana prasarana, rumah tinggal layak huni dan fasilitas umum yang dibutuhkan oleh masyarakat di wilayah tersebut. Seperti baru-baru ini para prajurit TNI melaksanakan kegiatan TMMD di daerah Kampung Wilmaker, Distrik Yendidori Kabupaten Biak Papua. Dalam kegiatan ini, sejumlah 150 prajurit TNI bersama puluhan masyarakat kampung Wilmaker berhasil membangun 20 unit rumah tipe 45 layak huni. Selain pembangunan fisik prajurut TNI juga melaksanakan  penyuluhan hidup sehat dan bersih, serta layanan kesehatan untuk ibu hamil, balita dan masyarakat umum.
Tidak hanya di wilayah Biak, TMMD juga dilaksanakan di wilayah kabupaten Puncak Jaya tepatnya di distrik Walelagama. Kegiatan TMMD di Walelagama in dilaksanakan dalam waktu 21 hari. Dalam kurun waktu tiga minggu prajurit TNI bersama rakyat setempat berhasil membangun balai pertemuan kampung, Pos Obat Desa (POD), kantor kampung, kantor PKK dan Puskesmas Pembantu. Selain itu prajurit TNI juga melaksanakan penyuluhan tentang bela negara, pertanian dan peternakan. Kegiatan TMMD ini mendapat respon positif baik dari masyarakat maupun dari Pemda setempat.
Selain kegiatan TMMD para prajurit TNI yang bertugas di daerah terpencil ataupun di pulau terluar juga menjadi tenaga pengajar bagi masyarakat di daerah tersebut. Inisiatif ini dilakukan karena kurang atau tidak adanya tenaga pengajar di daerah terperncil maupun di pulau terluar di wilayah Papua. Tidak adanya tenaga pengajar dikarenakan secara geografis daerah-daerah tersebut sulit untuk dicapai. Dengan penuh semangat para prajurit TNI tersebut menjadi guru dengan tetap mejalankan tugas pokoknya di bidang pertahan dan keamanan.
Dengan mengabdikan dirinya untuk kepentingan masyarakat, TNI menjaga jati dirinya sebagai tentara rakyat karena pada hakekatnya TNI lahir dari rakyat dan untuk rakyat. Semoga dengan adanya pengabdian TNI maka roda percepatan pembangunan di wilayah Papua dapat berjalan dengan lebih cepat demi kemakmuran seluruh masyarakat yang ada di Papua.  

Sultan Syahrir

Dipublikasikan www.kodam17cenderawasih.mil.id
Posted by Unknown Posted on 00.14 | No comments

Kemajuan Pendidikan Di Papua



Edgar Dalle mengungkapkan bahwa Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat mempermainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan datang. Dari pengertian diatas dapat kita katakan bahwa salah satu peranan pendidikan adalah untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang dapat mendukung pembangunan. Dengan demikian Pendidikan  adalah salah satu komponen penting dalam menggerakan roda pembangunan, bahkan pendidikan menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan itu sendiri. Seperti halnya di Papua, dinamika pembangunan terasa semakin cepat ditandai dengan semakin meningkatnya mutu pendidikan. Sejalan dengan hal tersebut Kualitas maupun kuantitas pendidikan juga semakin meningkat seiring semakin cepatnya laju pembangunan di tanah Papua.

Semakin banyaknya tokoh nasional baik di kalangan militer, birokrat maupun teknokrat yang berasal dari tanah Papua juga secara tidak langsung menjadi indikator dari semakin meningkatnya kualitas pendidikan di Papua. Sebut saja Annike Nelce Bowaire (juara lomba fisika dunia), Enos Rumansara (Antropolog), Hans Wospakrik (Ahli Fisika ITB), Balthasar Kambuaya (Menteri Lingkungan Hidup), Paulus Waterpauw (Wakapolda Papua), dan masih banyak lagi. Perkembangan pendidikan di Papua tidak terlepas dari usaha keras dari pemerintah baik pusat maupun daerah beserta komponen bangsa yang lain seperti TNI/Polri dan tentu saja peran aktif dari seluruh masyarakat khususnya masyarakat Papua itu sendiri.

Peran serta masyrakat dalam peningkatan mutu pendidikan dapat kita lihat dari adanya program Indonesia Mengajar yang di gagas oleh Anies Baswedan. Program ini turut membantu mengatasi masalah keterbatasan tenaga pengajar di daerah terpencil di Papua. Menurut data IndonesiaMengajar.org, tahun 2013 ini terdapat delapan orang tenaga pengajar sukarela yang tersebar di wilayah kabupaten Fak-fak Provinsi Papua Barat. Hal yang sama juga dilakukan oleh pihak TNI. Melalui operasi Pembinaan Teritorialnya, banyak prajurit TNI yang menjadi tenaga pengajar di daerah-daerah terpencil di seluruh wilayah Papua. Prajurit-prajurit TNI tersebut dengan semagat yang tinggi mencoba memberikan karya mereka sebagai guru di wilayah terpencil dengan tetap mengutamakan tugas pokoknya di bidang pertahanan dan keamanan.

Tidak hanya masalah tenaga pendidik, pemerintah juga menggenjot pembangunan fasilitas-fasilitas pendidikan. Secara fisik kita dapat melihat pertumbuhan jumlah bangunan sekolah yang ada di Papua, baik dari tingkat sekolah Dasar sampai dengan sekolah lanjutan tingkat atas. Infrastruktur pendukung seperti jalan dan jembatan juga semakin tumbuh berkembang sehingga memudahkan akses bagi masyarakat Papua untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik. Demikian juga animo masyarakat untuk mengecap pendidikan juga semakin meningkat, terlihat dengan semakin banyaknya jumlah siswa setiap sekolah dari tahun ke tahun. Peningkatan animo tersebut di respon oleh pemerintah dengan program affirmative Action yaitu memberikan prioritas bagi putra asli Papua yang ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi di Perguruan tinggi yang ada di pulau Jawa melalui jalur Beasiswa. Program Affirmative Action ini juga memberikan kesempatan yang lebih besar bagi putra asli Papua yang ingin menjadi perwira TNI. Seperti yang dilansir oleh laman resmi Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B) pada hari rabu tanggal 01 Mei 2013 bahwa TNI memberikan kuota bagi 29 Putra Asli Papua disiapkan menjadi calon perwira TNI akan dibagi 20 angkatan darat, empat taruna angkatan udara serta lima taruna angkatan laut.  Pertumbuhan kuantitas secara fisik tersebut juga diikuti peningkatan mutu tenaga pendidik dengan mengoptimalkan peran Lembaga Peningkatan Mutu Pendidikan (LPMP). LPMP  secara rutin melaksanakan penataran, seminar maupun pelatihan bagi guru-guru yang ada di wilayah Papua.

Secara umum kondisi peningkatan mutu pendidikan di Papua berjalan dinamis kearah yang lebih baik. Pemerintah baik pusat maupun daerah dibantu oleh seluruh komponen bangsa lainnya terus berupaya mengatasi kendala-kendala yang ada seperti kekurangan tenaga pendidik, fasilitas pendidikan dan infrastuktur penunjang yang belum maksimal. Dengan semangat dan optimisme yang tinggi pendidikan di Papua akan berkembang dengan lebih pesat lagi.

Sultan Syahrir

Dipublikasikan www.kodam17cenderawasih.mil.id

Minggu, 19 Januari 2014

Posted by Unknown Posted on 02.51 | No comments

Ketakutan Yang Inkonsistensi


Semalam aku terbangun oleh suara aneh di dalam kepalaku. Suara itu seperti bergaung di ruang kecil otakku, suara itu seolah suara radio kecil buatan jepang  yang bergema di aula yang luas. Sekosong itukah pikiranku? Atau memang otaku terlalu kecil sehingga kepalaku seperti ruang kelas yang kosong dan hanya terisi sebuah bola tenis kecil yang keberadaannya antara ada dan tidak ada.

Sebenarnya aku tidak terlalu ingat apa yang dikatakan oleh suara itu tadi malam. Yang membuatku tersengat adalah betapa gema suara itu membuatku  tersadar bahwa aku memang kosong, atau paling tidak kepalaku yang kosong. Tidak... memang aku yang kosong. Aku tidak berisi apa-apa. Aku hanya raga tanpa rasa. Hanya wujud tanpa sukma. Lantas apakah aku?

Aku ingin memiliki isi namun tidak ada yang mampu mengisiku. Tidak ... aku yang tidak mau terisi. Lantas untuk apa raga dan wujudku?


Wujud dan ragaku memang tidak berguna saat ini karena aku bukan di alam fisik..aku sedang tertidur dan ini hanya mimpiku. Tidak... aku tidak sedang bermimpi, aku hanya ingin bermimpi karena aku tidak sanggup untuk bertahan bila bukan di alam mimpi.
Posted by Unknown Posted on 02.47 | No comments

Belajar Puisi


SERDADUKU

Semilir angin menerpa wajah tegas nan bersahaja
Berdegup jantung berumah dada nan bidang
Mengeras lengan menyandang bedil nan Karat
Demi Merah Putih Nan Suci
           
Satu langkah dalam keseragaman
Satu rasa dalam kedisiplinan
Satu asa dalam pengabdian
Demi keutuhan bingkai NKRI

Berpeluh dalam tugas
Waspada dalam giat
Siaga dalam jaga
Demi lindungi segenap rakyat
           
            Kami bangga padamu hai serdaduku
            Kami bersamamu kibarkan semangat Merah putih
            Bersama kita jaga keutuhan NKRI
            Demi Indonesia Jaya


By S. Syah. R
Posted by Unknown Posted on 02.44 | No comments

Learning is a word without boundaries

                                                      

image source:keterampilanmembacaastina.blogspot.com

Learning is a word without boundaries

kata pepatah sih kejarlah ilmu sampai ke negeri Cina..nah apa memang harus sampai ke negeri Cina?

Kalau menurut saya sih maksudnya adalah tidak ada batasan untuk belajar sesuatu. Batasan-batasan yang hadir seringkali karena asumsi personal. Waktu, umur, tempat dan kesempatan seringkali menjadi barikade yang kita bangun sendiri untuk belajar padahal mungkin dinding penghalang itu kita bangun dengan sangat kuatnya dari campuran rasa malas sebagai batanya dan keapatisan sebagai perekatnya....

Seperti hari ini dikala saya diberikan kesempatan untuk belajar desain Web dasar diantara kami para peserta secara tidak sadar muncul sikap devensisive atau bahkan resistant terhadap materi yang akan coba “bertamu” ke otak kami. Umur yang sudah tidak  muda lagi atau tidak adanya korelasi antara materi yang diberikan dengan penugasan sehari-hari menjadi alasan idola untuk bersikap resistant tadi. Untung saja hal ini hanya terjadi di 5-10 menit awal pelajaran namun setelah itu semua peserta atau paling tidak mayoritas peserta terlihat sangat bersemangat untuk menjamu “tamu” yang berkunjung ke otak yang sudah dijejali oleh tugas pokok kami yang tidak ada hentinya.

Masalah baru muncul pada saat materi meningkat ke level yang lebih tinggi. Satu persatu peserta mulai bertumbangan di tengah jalan. Sekali lagi, untung saja pemateri sebagai masinis kereta materi desain web ini mampu menyesuaikan kecepatan sehingga peserta yang terjatuh bisa diangkut kembali.

Pada akhirnya proses belajar tidak memiliki batasan ataupun penghalang. Batasan dan penghalang itu hanyalah rekaan kita sendiri...



Because Learning is a word without boundaries...
Posted by Unknown Posted on 02.33 | No comments

Son first hero and Daughter first Love



Hari-hari yang ku lewati semakin berwarna dan bermakna dengan hadirnya dua malaikat kecilku. Emir Farrel Advansyah Bavaqy dan Quinnisa Pasca Savitry. Kegaduhan dan keceriaan selalu menghiasi suasana dibawah atap kami setiap hari. Masing - masing dari mereka memiliki keunikannya sendiri. Farrel dengan kemauannya yang keras disertai sikap sabar dan mengalahnya sedangkan Nisa dengan sikap manjanya yang selalu meluluhkan hati abangnya.

Tanpa maksud mendahului kemauan-Nya, jalan yang akan mereka tempuh masih sangat panjang dengan arena hidup yang sangat luas. Sepanjang dan seluas apapun itu, "I just wanna be his first hero and hers first love..."

To Be Continued.......
Posted by Unknown Posted on 02.31 | No comments

Bidadari Yang Telah berkorban banyak bagiku



Andini Nurhajra SE,M.si
Sosok wanita yang pendiam dan terkesan pemalu bila anda pertama mengenalnya. Sosok yang rendah hati dan murah senyum. Hal ini berbanding terbalik bila Ia sedang membagikan ilmunya di depan mahasiswa-mahasiswanya. Anda akan mengenalnya sebagai Ibu Dosen yang tegas dan "galak" namun cair dalam penyampaian materinya. Beliau seperti menemukan dunianya bila sedang berkecimpung di dunia Pendidikan....

Disamping kesibukan luar biasa sebagai tenaga pendidik beliau juga mencurahkan lebih banyak waktu, tenaga dan pikiran untuk mengurus dua malaikat kecilnya serta tentu saja mengurus sang Suami yang merepotkan, menjekelkan tetapi sangat dicintainya :)

To Be Continued....