Resensi Buku
Judul buku : Post kolonial & Wisata sejarah dalam sejarah
Penulis : Zeffry Alkatiri
Penerbit : Padasan
Tahun terbit : 2012
Tebal buku : 186 Halaman
Seperti kata pepatah “Banyak jalan menuju Roma” demikian pula cara untuk menyajikan sejarah atau peristiwa sejarah dan Zeffry Alkatiri selaku penulis buku ini memilih jalan sajak untuk mengantarkan kita mengarungi lautan sejarah.
Buku ini dibagi menjadi dua bagian. Pada bagian pertama yang terdiri dari dua puluh satu sajak, Zeffry menuturkan tentang perjalanan sejarah Indonesia sejak era kolonoialisme yang ditandai dengan berlabuhnya kapal – kapal asing ke Nusantara (Cultus cargo, hal 3) sampai dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini (Pengakuan asli bangsa ini, hal 69). Salah satu sajak yang menarik pada bagian pertama ini adalah sajak ke 15 yang terdapat di halaman 31, yaitu “kami hanya menonton: Pengakuan si Midun, si Amat, dan si Inah”. Sajak tersebut mampu menggambarkan perjalanan sejarah rakyat indonesia dari zaman penjajahan Belanda, Penjajahan Jepang, perjuangan untuk kemerdekaan, orde lama,orde baru, reformasi hingga era sekarang ini yang diwarnai dengan korupsi dan ketidakpastian hukum.
Selanjutnya, pada bagian kedua yang terdiri dari sembilan puluh enam sajak, Zeffry mencoba membeberkan fakta – fakta sejarah dunia sejak zaman nabi Isa hadir di bumi (Desember – Februari, hal 73), revolusi Perancis (Teror prancis, Paris, 1792-1794, hal 106), penjatuhan bom atom di jepang yang merubah sejarah perang pasifik (Hiroshima-Nagasaki, 1945, hal 126) sampai dengan chaos atas nama demokrasi yang terjadi di Tunisia, Mesir dan Libya di tahun 2011 (Tunisia, Mesir dan Libya, 2011, hal 178). Dalam setiap sajak di bagian kedua ini, Zeffry mampu mengkritisi penggalan peristiwa sejarah yang menjadi icon pada masing-masing zaman dengan tulisan yang satir dan terkadang ironis.
Gaya penulisan sajak yang digunakan oleh Zeffry lebih kepada aliran realis daripada surealis. Zeffry memilih menuliskan ide – idenya dalam bentuk sajak yang lugas, tajam dan langsung ke esensi pesan yang ingin disampaikan ketimbang menghadirkan multi tafsir bagi pembaca dengan bahasa yang menerawang atau bahkan menjebak pembaca dalam ketidakjelasan makna.
Buku ini cukup bernilai positif karena menawarkan cara yang berbeda dalam melihat ataupun mengkritisi suatu peristiwa bersejarah yaitu melalui kacamata sajak. Dilain pihak akan relatif lebih sulit bagi pembaca yang tidak mengikuti perkembangan sejarah baik sejarah Indonesia maupun dunia untuk memahami makna setiap sajak yang tersaji dalam buku ini. Demikian pula Penggunaan istilah asing dalam beberapa sajaknya cukup menyentil kengintahuan pembaca kritis untuk mencari makna dari setiap istilah asing yang digunakan, namun di sisi lain akan mengaburkan inti makna yang ingin disampaikan bila pembaca tidak punya “cukup waktu” untuk mencari arti dari istilah – istilah asing yang digunakan oleh sang penulis. Secara umum buku ini sangat direkomendasikan bagi siapa saja yang memiliki ketertarikan terhadap dunia sastra dan sejarah.
0 komentar:
Posting Komentar