sumber gambar : www.bolalob.com
Stadion Maracana Brazil menjadi saksi lahirnya rekor baru
piala dunia. Jerman menjadi Negara eropa pertama yang menjadi juara dunia di
benua Amerika sekaligus menjadi gelar perdana mereka sejak bersatunya Jerman
Barat dan Jerman Timur. Dalam pertandingan 120 menit tersebut secara umum
Jerman mendominasi jalannya pertandingan sampai dengan 60 % dan 7 shoot on goal
dibanding Argentina yang hanya 2 shoot on goal.
Kemenangan
Jerman yang dipastikan oleh gol yang di cetak Mario Gotze pada menit 113
tidaklah terlalu mengejutkan buat saya. Bagi saya Jerman memang pantas menjadi
juara piala dunia 2014 ini. Gelar juara yang diraih Jerman bukan gelar yang
instan, tapi adalah buah manis dari proses regenerasi dan pembinaan usia dini
yang sukses.
Proses pembinaan
usia dini mulai secara serius dilakukan oleh DFB (PSSInya Jerman) sejak “hancurnya”
Jerman di Euro 2000 yang diselenggarakan di Portugal. Saat itu Jerman yang
berstatus juara bertahan harus pulang lebih dini dengan status juru kunci grup
setelah ditahan imbang Rumania dan dikalahkan oleh Inggris dan Portugal. Gelaran
Euro 2000 itu seperti menjadi alarm bagi timnas jerman yang berjaya di era
90an.
Program regenerasi
timnas Jerman didukung penuh oleh pemerintah Jerman dengan menggelontorkan
jutaan dolar untuk proyek masa depan tersebut. Tidak hanya masalah pendanaan,
pemerintah Jerman juga membuat perubahan Undang-undang keimigrasian. Dengan konsep
liberalisme kependudukan dan kemudahan bagi imigran usia dini untuk menjadi
warga Negara Jerman yang dikemudian hari menjadi investasi pemain muda di
timnas Jerman. Konsep yang berbeda dengan naturalisasi ini berbuah manis dengan
hadirnya beberapa pemain muda potensial seperti Mesut Ozil, Sami Khedira dan
Jerome Boateng.
Jerman
benar-benar serius dalam pembinaan usia mudanya. Proyek ini tidak hanya
melibatkan insan sepak bola dan pemerintah Jerman namun juga melibatkan kalangan
akademisi. Bahkan DFB merubah kurikulum pembinaan usia dini umur 9 s/d 13 tahun
berdasarkan penelitian mahasiswa universitas Kohln yang tidak merekomendasikan
permainan sepak bola 11 lawan 11 bagi pemain usia dibawah 14 tahun.
Proyek pembinaan
usia dini Jerman mulai berbuah manis sejak gelaran piala dunia 2006 dimana
jerman menjadi peringkat ketiga dan melahirkan nama-nama anak muda semacam
Lukas Podolksi dan Philip Lahm yang sama-sama berusia 22 tahun saat itu. Hasil manis
juga dirasakan saat gelaran Euro U-19 tahun 2008, Euro U-17 dan U-21 yang
memunculkan nama-nama pemain muda berbakat semisal Andre Schuerrle , Toni Kroos,
Marco Reus dan Mario Goetze.
Pada gelaran
piala dunia 2010 timnas Jerman kembali memberikan dunia pemain muda potensial
pada sosok Mesut Ozil dan Sami Khedira. Kedua pemain tengah ini bahkan langsung
dikontrak salah satu klub terbaik dunia, Real Madrid, karena ketangguhan
keduanya di lapangan tengah.
Proyek pembinaan
usia muda Jerman ini akhirnya mampu membuat rakyat Jerman berbangga dengan
meraih gelar juara dunia 2014. Toni Kross, Andre Schuerrle, Mesut Ozil, Sami
Khedira dan Mario Gotze menjadi tulang punggung timnas Jerman saat meraih gelar
juara dunia 2014 ini. Bahkan gelar ini dipastikan oleh gol yang dicetak oleh
Mario Gotze setelah menerima umpan dari Andre Schuerrle.
Salut untuk
timnas Jerman, DFB (PSSInya Jerman), pemerintah Jerman dan warga Jerman yang
atas perjuangan dan kerja kerasnya selama bertahun-tahun yang berujung dengan
gelar juara dunia. Hasil yang mereka raih tidak hanya mereka rasakan 2014 ini.
Jerman akan tetap menjadi kekuatan yang menakutkan di dunia sepak bola dan akan
selalu menjadi favorit di setiap turnamen antar Negara karena bila Ozil dan
kawan-kawannya memasuki usia “tua” akan hadir pemain-pemain muda lain yang siap
menggantikan mereka.
Glückwünsche für die deutsche Nationalmannschaft…
Deutschland Uber Alles…
Danke Schon Gotze….