Senin, 01 Desember 2014



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Masalah politik di Indonesia telah menjadi perhatian dan menjangkau masyarakat yang sangat luas di Indonesia. Masyarakat saat ini tidak hanya sekedar membicarakan politik dalam diskusi ringan dan non formal tetapi juga sampai pada tingkat pemahaman yang dapat dikatakan baru dalam ilmu politik, juga melewati batas keilmuan itu sendiri. Fenomena ini mencapai klimaksnya pada pelaksanaan pemilihan presiden 9 Juli 2014 kemarin, baik selama kampanye maupun setelah Komisi Pemilihan Umum mengumumkan pemenang Pilpres. Hal ini barangkali, dapat menjadi catatan tersendiri untuk kondisi masyarakat Indonesia saat ini, karena sangat jarang ditemui di dalam masyarakat negara lain. Sebagai contoh, sekelompok mahasiswa dari sebuah fakultas kedokteran membicarakan situasi politik terkini dan bahkan mendiskusikan salah satu paradigma dalam ilmu politik, yang seharusnya menjadi kajian utama mahasiswa ilmu politik. Kita tidak akan atau paling tidak sulit untuk menemukan di Malaysia, misalnya, mahasiswa tehnik sipil, atau mahasiswa elektronik dan jurusan seni rupa, membicarakan sebuah teori dalam ilmu politik. Karena mereka tahu, bahwa hal itu di luar, bahkan jauh melewati batas kompetensi keilmuannya. Seperti yang disampaikan oleh Afan Gaffar dalam sebuah bukunya.
Di Indonesia, semua orang seperti punya peluang untuk menjadi ahli politik, sekalipun tidak mempunyai latar belakang yang cukup tentang itu. Sepanjang dia menulis dan berbicara di seminar, kemudian media mengeksposnya, maka jadilah ia seorang pakar politik dan masyarakat umum merespon apa yang disampaikannya. Secara umum, saat ini pergerakan masyarakat sangat rentan terhadap dinamika politik bangsa dan begitu juga sebaliknya.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal yang tersurat pada latar belakang, maka penulis dapat merumuskan permasalahan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1.    Apa pengertian dari Masyarakat?
2.    Apa pengertian dari Politik?
3.    Bagaimana hubungan timbal balik antara masyarakat dan politik?

1.3  Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk dapat menjawab beberapa pertanyaan tentang masyarakat dan politik sebagai berikut :
1.    Memahami pengertian dari masyarakat.
2.    Memahami pengertian dari politik.
3.    Memahami hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara politik dan pergerakan masyarakat di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN


2.1  Pengertian Masyarakat
Masyarakat merupakan sekumpulan orang yang membentuk sistem, dimana sistem tersebut bersifat semi tertutup atau sebaliknya. Kebanyakan interaksi adalah hubungan antara individu yang saling melekat  dalam suatu kelompok tersebut.  Kata "masyarakat" berakar dari bahasa Arab, musyarakah. Arti yang lebih luasnya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah kelompok atau komunitas yang interdependen atau individu yang saling bergantung antara yang satu dengan lainnya. Pada umumnya sebutan masyarakat dipakai untuk mengacu sekelompok individu yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Syaikh Taqyuddin An-Nabhani seorang pakar sosiologi menjabarkan tentang definisi masyarakat, "sekelompok manusia bisa disebut sebagai suatu masyarakat apabila mempunyai pemikiran, perasaan, serta sistem atau aturan yang sama". Dengan kesamaan itu, manusia lalu berhubungan saling berinteraksi antara sesama mereka berdasarkan kepentingan bersama.
Masyarakat sering dikelompokkan berdasarkan cara utamanya dalam mencari penghasilan atau kebutuhan hidup. Beberapa ahli ilmu sosial mengelompokkan masyarakat sebagai: masyarakat pastoral nomadis, masyarakat pemburu, masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat agrikultural intensif disebut juga sebagai masyarakat peradaban. Sebagian pakar beranggapan masyarakat industri dan post-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari kelompok masyarakat agrikultural tradisional.
Masyarakat pun berarti suatu komunitas yang dimana individu-individu saling bergantung dan berhubungan antar sesama. Pada umumnya kata masyarakat ini digunakan untuk dapat mengacu pada sekelompok individu dan hidup secara bersama dalam satu komunitas yang penuh keteraturan.
Masyarakat juga dapat bermakna sebagai sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama. Seperti sekolah, keluarga,perkumpulan, bahkan negara, kesemuanya adalah masyarakat
Sedangkan pengertian masyarakat yang diterjemahkan dari istilah bahasa Inggris “society” adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau sebaliknya, dimana kebanyakan interaksi adalah antara individu-individu yang terdapat dalam kelompok tersebut.
Kata society berasal dari kata latin, societas, yang mempunyai makna hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas berinduk pada kata socius yang memiliki arti teman, sehingga makna society berkaitan erat dengan kata sosial. Secara tersirat, kata society memiliki kandungan arti bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.
Awal mula terbentuknya masyarakat adalah dari sekumpulan orang, misalnya keluarga. Sebuah keluarga dipimpin oleh kepala keluarga, kemudian dari sekelompok keluarga terbentuk Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW). Gabungan dari Sekelompok Rukun Tetangga dan Rukun Warga akan membentuk Dusun. Sekelompok Dusun akan terbentuk menjadi Desa, selanjutnya Kecamatan, Kabupaten, Provinsi, hingga Negara, seperti Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Masyarakat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki tujuan yang sama yaitu mencapai masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan sosial. Namun dalam proses mencapai kesejahteraan dan keadilan sosial tersebut masing-masing individu memiliki jalan atau cara yang berbeda. Perbedaan cara atau pergerakan masyarakat tersebut tidak terlepas dari kemajemukan, keberagaman budaya, dan perbedaan pola pikir dari masing-masing individu di dalam masyarakat Indonesia. Perbedaan dalam mencapai tujuan bersama itu dapat terlihat juga dari perbedaan pola hidup dan perbedaan pandangan politik yang bermuara pada pergerakan dalam dunia politik.
Kehidupan bermasyarakat akan terjalin apabila unsur-unsur didalamnya dapat berjalan beriringan. Apabila ada unsur yang saling berbenturan karena perbedaan kepentingan, bisa dipastikan akan menggiring keseluruhan komponen masyarakat ke arah yang buruk. Semakin besar kuantitas suatu masyarakat, semakin banyak pula perbedaan kepentingan yang mendorong rentannya pergerakan maupun gesekan dalam masyarakat itu sendiri. Dengan dasar pemikiran tersebut, dibutuhkan seorang pemimpin yang diharapkan dapat bijak dalam menganulir keinginan, kepentingan, dan kebutuhan anggota masyarakatnya. Pemilihan pemimpin suatu daerah tentunya telah memiliki aturan masing-masing, mengadaptasi norma dan adat istiadat setempat. Proses pemilihan pemimpin tersebut tidak terlepas dari gejala politik baik dalam bentuk politik sederhana maupun kompleks.

2.2  Pengertian Politik
Secara etimologis, Politik berasal dari bahasa Belanda politiek dan bahasa Inggris politics, yang masing-masing bersumber dari bahasa Yunani τα πολιτικά (politika - yang berhubungan dengan negara) dengan akar katanya πολίτης (polites - warga negara) dan πόλις (polis - negara kota).
Aristoteles (384-322 SM) dapat dianggap sebagai orang pertama yang memperkenalkan kata politik melalui pengamatannya tentang manusia yang ia sebut zoon politikon. Dengan istilah itu ia ingin menjelaskan bahwa hakikat kehidupan sosial adalah politik dan interaksi antara dua orang atau lebih sudah pasti akan melibatkan hubungan politik. Aristoteles melihat politik sebagai kecenderungan alami dan tidak dapat dihindari manusia, misalnya ketika ia mencoba untuk menentukan posisinya dalam masyarakat, ketika ia berusaha meraih kesejahteraan pribadi, dan ketika ia berupaya memengaruhi orang lain agar menerima pandangannya.
Aristoteles berkesimpulan bahwa usaha memaksimalkan kemampuan individu dan mencapai bentuk kehidupan sosial yang tinggi adalah melalui interaksi politik dengan orang lain. Interaksi itu terjadi di dalam suatu kelembagaan yang dirancang untuk memecahkan konflik sosial dan membentuk tujuan negara. Dengan demikian kata politik menunjukkan suatu aspek kehidupan, yaitu kehidupan politik yang lazim dimaknai sebagai kehidupan yang menyangkut segi-segi kekuasaan dengan unsur-unsur: negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making), kebijakan (policy, beleid), dan pembagian (distribution) atau alokasi (allocation).
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Pengambilan keputusan (decision making) mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik itu menyangkut seleksi terhadap beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih. Sedangkan untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan kebijakan-kebijakan umum (public policies) yang menyangkut pengaturan dan pembagian (distribution) atau alokasi (allocation) dari sumber-sumber (resources) yang ada.
Untuk bisa berperan aktif melaksanakan kebijakan-kebijakan itu, perlu dimiliki kekuasaan (power) dan kewenangan (authority) yang akan digunakan baik untuk membina kerjasama maupun untuk menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses itu. Cara-cara yang digunakan dapat bersifat meyakinkan (persuasive) dan jika perlu bersifat paksaan (coercion). Tanpa unsur paksaan, kebijakan itu hanya merupakan perumusan keinginan (statement of intent) belaka.
Politik juga merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya berkisar di lingkungan kekuasaan negara atau tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh penguasa negara. Dalam beberapa aspek kehidupan, manusia sering melakukan tindakan politik, baik politik dagang, budaya, sosial, maupun dalam aspek kehidupan lainnya. Demikianlah politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals) dan bukan tujuan pribadi seseorang (private goals). Politik menyangkut kegiatan berbagai kelompok, termasuk partai politik dan kegiatan-kegiatan perseorangan (individu).
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu dari teori klasik Aristoteles yang menyatakan bahwa politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama.
Dari beberapa pengertian politik di atas dapat kita ketahui bahwa politik sangat erat kaitannya dengan individu dan masyarakat. Masyarakat adalah salah satu subjek dari politik. Sebaliknya politik lahir dari adanya pergerakan masyarakat. Dengan kata lain, Politik dan masyarakat saling mempengaruhi dan saling berhubungan secara timbal balik.

2.3  Hubungan timbal balik antara masyarakat dan politik.
Masyarakat indonesia semakin sadar akan keberadaan hak politiknya. Dengan adanya kesadaran tersebut membuat Indonesia menjadi masyarakat politik dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a.        Dengan sadar dan sukarela menggunakan hak pilihnya dalam pemilu terutama hak pilih aktif
b.        Bersifat kritis dalam kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
c.        Dalam penyelesaian masalah lebih suka dengan cara dialog atau musyawarah
d.        Memiliki komitmen kuat terhadap partai politik yang menjadi pilihannya.

Kesadaran politik masyarakat di Indonesia mendorong perkembangan politik di Indonesia menjadi lebih dinamis. Peta perpolitikan di Indonesia tidak lagi hanya di kuasai oleh satu kelompok saja. Kesadaran pergerakan politik masyarakat Indonesia membuat kekuasaan penguasa tidak menjadi absolut karena diimbangi oleh kelompok oposisi yang lahir dari pergerakan masyarakat.
Untuk lebih memahami bagaimana politik dan masyarakat Indonesia saling berhubungan dan saling mempengaruhi, dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain :
1.    Perilaku Politik masyarakat Indonesia (Political Behavior)
Perilaku politik masyarakat Indonesia dapat kita amati dari keseluruhan tingkah laku politik dari warga negara yang telah saling memiliki hubungan antara pemerintah dan masyarakat, antara lembaga pemerintah dan antara kelompok masyarakat dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan dan penegakan keputusan politik. Keputusan politik di Indonesia sangat erat kaitannya dengan pergerakan masyarakat di tingkat akar rumput (grass root). Sebagai contoh tarik ulur keputusan untuk mencabut subsidi Bahan Bakar Minyak oleh pemerintah. Tidak dapat dipungkiri bahwa keputusan tersebut adalah keputusan politik walaupun berdasarkan perhitungan kekuatan ekonomi negara. Keputusan untuk mencabut subsidi BBM sangat sulit terealisasikan karena kuatnya dorongan penolakan dari masyarakat. Contoh lain adalah kontroversi pengesahan RUU pilkada dimana akhirnya DPR menyetujui UU yang membuat pilkada di lakukan oleh DPRD. Secara politik seharusnya keputusan DPR itu dihormati dan dilaksanakan sebagai produk politik negara yang dituangkan dalam undang-undang, namun karena derasnya penolakan dari warga masyarakat presiden SBY sampai harus menerbitkan Perpu untuk meredam pergerakan masyarakat. Tentu saja akan ada pihak masyarakat yang pro dan yang kontra terhadap setiap keputusan dan atau produk politik negara. Justru pergerakan dua pihak yang pro kontra tersebut semakin mempengaruhi hasil akhir dari produk politik negara dan pada akhirnya mempengaruhi situasi politik negara secara keseluruhan.
Tidak hanya keputusan politik yang sangat dipengaruhi oleh pergerakan masyarakat namun juga sebaliknya pergerakan masyarakat sangat dipengaruhi  oleh situasi politik negara. Sebagai contoh pada saat kampanye Pilpres 2014 pergerakan masyarakat seperti terpolarisasi menjadi dua kutub yang sangat berlawanan. Situasi politik saat itu seperti membelah masyarakat karena membela calon presidennya masing-masing. Perpecahan bangsa sangat terasa di dunia maya (cyber space) melalui “peperangan” di media sosial seperti web site, facebook, twitter, blog dan media sosial lainnya. Masing-masing pihak tidak hanya membela jagoannya tetapi juga sampai pada tingkatan menyerang dan bahkan memfitnah pihak lawannya. Situasi politik saat pilpres 2014 sangaty jelas mempengaruhi pergerakan masyarakat yang tercermin dengan adanya perang opini di media sosial antara dua kelompok masyarakat yang mendukung capresnya masing-masing.

2.    Budaya Politik (Political Culture)
Menurut Almond dan Verba, budaya politik merupakan suatu sikap orientasi yang khas warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga negara yang ada di dalam sistem itu. Pada masa reformasi ini budaya politik masyrakat Indonesia cenderung ke arah yang lebih bebas dengan semakin mengesampingkan nilai-nilai kesantunan dan musyawarah untuk mencapai mufakat. Sebagai contoh adanya sekelompok masyarakat yang melakukan demonstrasi dengan membawa seekor kerbau yang di personifikasikan sebagai simbol kepala negara yang bagi mereka bergerak lambat dalm mengambil keputusan politik. Ketidak sopanan masyararakat tersebut bisa saja terjadi karena melihat elite politik Indonesia yang juga terkesan tidak santun dalam berpolitik. Saling menyerang secara verbal baik antar persona maupun antar institusi seperti menjadi hal yang biasa dilakukan oleh tokoh-tokoh politik di Indonesia di era pasca reformasi. Kegaduhan dan keributan saat sidang perdana anggota DPR periode 2014-2019 semakin memojokan posisi tokoh politik Indonesia di mata masyarakatnya. Situasi politik di gedung DPR yang gaduh ikut mempengaruhi presepsi masyarakat tentang politik negaranya.

3.    Kelompok Kepentingan
Dalam masyarakat Indonesia juga terdapat kelompok kepentingan (Interest Group). Kelompok kepentingan ini adalah kelompok/organisasi dalam masyarakat yang berusaha mempengaruhi kebijakan pemerintah tanpa berkehendak memperoleh jabatan publik. Kelompok kepentingan yang juga merupakan bagian dari masyarakat ini bisa sangat mempengaruhi politik negara dengan menghimpun ataupun mengeluarkan dana dan tenaganya untuk melaksanakan tindakan-tindakan politik, biasanya mereka berada di luar tugas partai politik. Kekuatan kelompok ini sangat terasa pada saat pelaksanaan pemilihan kepala daerah, dimana kelompok ini menyediakan dana dan tenaga untuk memenangkan salah satu calon dalam pelaksanaan Pilkada. Keterlibatan adik gubernur Banten Ratu Atut yaitu Tubagus Chaeri Wardana dalam kasus suap sengketa Pilkada ke pejabat MK adalah contoh bagaimana kelompok kepentingan ini bisa mempengaruhi politik suatu daerah.


4.    Kelompok Penekan
Dalam suatu masyarakat termasuk masyarakat Indonesia terdapat kelompok penekan (Pressure Group). Menurut Stuart Gerry Brown, kelompok penekan adalah kelompok yang dapat mempengaruhi atau bahkan membentuk kebijaksanaan pemerintah. Adapun cara yang digunakan dapat melalui persuasi, propaganda atau cara lain yang lebih efektif. Mereka antara lain: kelompok pengusaha, industriawan dan asosiasi lainnya. Kelompok ini di Indonesia lebih cenderung berusaha mempengaruhi sikap politik pemerintah untuk membuat peraturan yang dapat mempermudah kepentingan mereka. Sebagai contoh adalah pemerintahan orde baru yang ditekan oleh kelompok pengusaha dari lingkaran keluarga cendana untuk mengeluarkan regulasi yang mempermudah usaha mereka, seperti program mobil nasional Timor milik Hutomo Mandala Putra.












BAB III
PENUTUP

3.1         Kesimpulan
                   Mayarakat dan politik memiliki hubungan timbal balik yang sangat erat kaitannya. Masyarakat melakukan kegiatan politik dalam menjalankan hubungannya baik antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat lainnya atau hubungan antara anggota masyarakat secara individu maupun kelompok dengan negara. Sebaliknya situasi politik suatau negara mempengaruhi pergerakan masyarakat di dalamnya. Hubungan timbal balik antara gerakan masyarakat dengan politik adalah termasuk hubungan timbal balik antara aneka gejala sosial. Hubungan tersebut di pelajari melalui suatu ilmu yang dinamakan sosiologi.

3.2         Saran
Diharapkan para pengambil kebijakan dalam praktek politik, mampu mengesampingkan kepentingan pribadi/ golongan dan menunjung tinggi kepentingan masyarakat. Dlain pihak, masyarakat diharapkan dapat memainkan perannya untuk mempengaruhi dinamika perpolitikan agar politik dapat berjalan untuk kepentingan bangsa dan negara.