Minggu, 21 September 2014



Konsep ketuhanan telah menjadi bahan diskusi yang hampir tidak berkesudahan. Setiap peradaban, kelompok masyarakat maupun kelompok kepercayaan tertentu dapat memaknai arti Tuhan menurut interpretasi mereka masing - masing sesuai keadaan jaman, lingkungan dan tingkat pengetahuan mereka. Perbedaan interpretasi tersebut tentu saja juga melahirkan perbedaan dalam penamaan Tuhan itu sendiri.

Walaupun terdapat sejumlah perbedaan dalam memaknai konsep ketuhanan tersebut, namun secara umum konsep ketuhanan yang berlaku universal adalah bahwa yang disebut dan diyakini sebagai Tuhan, Allah, God atau apapun penamaannya adalah Dzat yang memiliki kuasa, kekuasaan dan atau menundukkan terhadap yang lain selain dirt - Nya, terlepas dari apakah Dzat tersebut yang menciptakan,  memelihara dan atau yang membinasakan kehidupan.

Manusia yang percaya akan adanya Tuhan memiliki makna bahwa manusia tersebut percaya akan adanya kekuatan yang menguasai dirinya, hidupnya, lingkungannya dan semestanya.  Kekuatan tersebut bisa hadir dalam berbagai bentuk baik yang berwujud maupun tidak berwujud.  Satu hal yang pasti, kekuatan tersebut memiliki kuasa dan keberadaan di luar kemampuan manusia tersebut.  Percaya pada Tuhan juga berarti takut akan kekuatan dan kekuasaan - Nya.  Dengan keadaan tersebut maka manusia dengan kesadarannya sendiri akan mematuhi perintah Tuhan dan takut akan kemarahan-Nya.

Dalam rangka untuk menyenangkan Tuhan dan menghindari amarah-Nya, maka manusia berusaha untuk menjalankan perintah - Nya dan menjauhi larangan-Nya.  Manusia kemudian bersikap, bertingkah laku dan melakukan hal-hal seremonial yang mereka yakini sebagai perintah-Nya. Cara bersikap, bertingkah laku dan hal-hal seremonial diatas diwadahi dalam bentuk konsep agama.

Agama secara etimologi berasal dari dua kata, yaitu kata A yang berarti tidak dan kata gama yang berarti pergi. Secara umum agama diartikan sebagai hal yang tetap, tidak pergi, tidak berubah dan diwariskan.  Dalam salah satu agama yaitu Islam, agama atau Din artinya menguasai,  menundukkan, patuh, hutang,  balasan, kebiasaan. Agama dijadikan manusia sebagai wadah dan atau alat untuk mencapai ridho Tuhan. Agama sendiri memiliki unsur kepercayaan kepada Tuhan, rasul,  kitab suci, hari kemudian, adanya penyerahan diri dan adanya rentetan sejarah. Melalui wahana agama inilah manusia yang percaya akan adanya Tuhan beserta kekuasaan dan Kekuatan - Nya, berusaha untuk menyembah, menyenangkan dan menghindari amarah-Nya.

Dari rangkaian tulisan diatas dapat kita katakan bahwa manusia yang percaya akan keberadaan Tuhan beserta kekuasaan dan Kekuatan - Nya berusaha untuk menyembah Tuhan melalui sikap, tingkah laku dan atau hal-hal seremonial yang diatur didalami agama sebagai wahana. Dengan kata lain manusia yang percaya Tuhan akan membutuhkan dan menjalankan agama

Sumber http://m.kompasiana.com/post/read/680382/2/apakah-manusia-yang-percaya-tuhan-membutuhkan-agama.html

Minggu, 14 September 2014

Posted by Unknown Posted on 15.29 | No comments

Pagi yang berbeda

Jakarta, Senin 15 September 2014

Pagi ini saya terbangun dalam suasana yang berbeda. Bila selama ini saat saya terbangun langsung dapat memandang wajah cantik dan meneduhkan istriku tercinta, pagi ini yang ku pandangi saat membuka mata adalah wajah rekan sekelas dan sebarak saya. Wajah standar khas tentara, tegas dan berkarakter.

Untuk empat tahun ke depan Wajah Wajah tampan ini lah yang akan ku pandangi setiap hari. Para pemilik wajah ini akan mewarnai hidupku empat tahun kedepan. Semoga empat tahun kedepan nanti akan menjadi berkah dan bermanfaat bagi ku, keluarga dan lingkunganku....

Minggu, 07 September 2014

Posted by Unknown Posted on 18.42 | No comments

Durasi VS berbicara efektif

Apa yang lebih penting dari sebuah pengarahan/pidato, content atau durasi. sebagian besar orang mungkin akan berkata bahwa konten lebih penting dari durasi.  Pagi ini saya baru saja menerima pengarahan dengan durasi hampir 1 jam. Dari segi isi menurut saya apa yang disampaikan sangat bermanfaat karena berisi petuah, nasihat dan saran bagi kami agar menjadi personal yang lebih baik. Namun sayang secara pribadi menurut  saya dalam durasi yg cukup lama tersebut terlalu banyak hal-hal yang di ulang bahkan sampai 5-6 kali...sampai - sampai saya bisa menebak apa yang akan disampaikan oleh pemberi pengarahan selanjutnya.

Membiasakan diri untuk berbicara di depan publik memang baik namun bagi saya lebih baik lagi bila disertai dengan kemampuan berbicara efektif.  Dengan berbicara efektif kita sekaligus dapat mengefisienkan durasi. semoga saya dapat melakukan public speaking dengan disertai kemampuan berbicara efektif.